19 Januari 2013

Penanda Lain Purbalingga

Share

Oleh Teguh Trianton

Sejak penyelenggaraan pada 2007, tiap tahun Festifal Film Purbalingga (FFP) memberi kontribusi  signifikan bagi perkembangan industri kreatif sinematografi lokal. Kegiatan itu juga melambungkan nama Kabupaten Purbalingga, termasuk nama wilayah Eks Karesidenan  Banyumas, dalam kancah kebudayaan dan ekonomi kreatif nasional, bahkan internasional.

Pertumbuhan industri kreatif ini menjadi alternatif penanda yang membedakan keberhasilan pembangunan Purbalingga dari kabupaten/ kota lain. Selama ini masyarakat lebih mengenal Purbalingga sebagai daerah paling proinvestasi, lantaran keberhasilan pemda mendatangkan investor dari luar negeri.

Adapun pertumbuhan industri kreatif sinematografi telah mengenalkan Purbalingga sebagai gudang kreator film indie. Melalui peluang investasi, Purbalingga dikenal dunia sebagai produsen idap atau bulu mata palsu dan variannya. Melalui FFP, nama Purbalingga dikenal dengan prestasi para sineas muda, produsen film pendek yang berkualitas.

Secara umum ikhwal prestasi dan kemajuan industri kreatif karya sineas muda Banyumas, tidak perlu diragukan lagi. Puluhan film besutan sutradara pelajar asal kota Purbalingga, Banjarnegara, Purwokerto, dan Cilacap berulang kali menyabet penghargaan dari berbagai kancah festival film, dari tingkat regional, nasional, hingga internasional.


Meski selalu mendulang prestasi, capaian gemilang tersebut belum dibarengi dengan penerimaan secara terbuka oleh pemda. Indikator ini bisa kita lihat dari belum adanya kontribusi signifikan dari pemda kepada pegiat film. Dalam beberapa FFP, penyelenggara (Cinema Lover Community/ CLC) justru kerap menemui hambatan.

Film Purbalingga (dan Banyumas secara budaya) yang konsisten mengangkat berbagai ragam kearifan budaya lokal telah menempatkan posisi sebagai videografi budaya. Keajekan ini membuat film-film Banyumas diperhitungkan dalam berbagai festival. Film-film ini tidak hanya bertutur tentang kisah hidup melalui narasi cerita. Film yang sarat nilai edukatif ini potensial menyisipkan pesan pendidikan karakter.


Praktik Berkebudayaan

Dalam perjalanan 6 tahun FPP, tercatat ratusan film telah diproduksi. Puluhan film mendapat penghargaan di tingkat regional, nasional, bahkan internasional. Puluhan komunitas film ber-tumbuh menyemai-kan ide-ide kreatif sineas muda. Me-reka bergerilya mengobarkan semangat berkarya dalam keterbatasan dan kesederhanaan sarana dan prasarana.

Dua film produksi Sawah Artha, ekstrakurikuler SMP Satu Atap Karangmoncol Purbalingga,  yaitu Pigura (2010) dan Langka Receh (2012) misalnya, menyabet penghargaan nasional. Prestasi yang sama juga diraih film-film yang diproduksi oleh sineas sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa film-film bermutu tidak selalu hadir dengan modal besar dengan peranti mahal.

Film sebagai bagian dari idustri budaya populer yang selama ini dianggap remeh lantaran identik dengan hiburan, ternyata mampu menampung beragam bentuk kreativitas remaja. Film menjadi wadah sekaligus kancah untuk saling bertukar informasi dan penyatuan, sekaligus pengembangan gagasan dalam praktik berkebudayaan.

Festival film mampu memberi bukti dan kontribusi dalam memajukan pembangunan sumber daya manusia. Kegiatan itu bisa menjebol dominasi dan sekat primordial berbagai unsur seni yang ditekuni pelajar secara fragmentaris. Aktivitas itu memiliki potensi untuk menyatukan be-ragam komunitas hobi dalam satu wadah tanpa membuat mereka terkooptasi.

Publik berharap pemda tak absen lagi dalam proses pembelajaran berkebudaya-an. Sebaliknya, terpanggil berkontribusi pada proses selanjutnya. Melalui dinas yang menaungi bidang pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata, pemkab dapat memberi perhatian lebih konkret. Sinergitas itu bisa untuk mengklaim bahwa keberhasilan FFP merupakan capaian bersama masyarakat dan pemda dalam membangun peradaban budaya. (10)




dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 
FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 
pegiat Komunitas Sastra Elok Purbalingga



Artikel ini terbit pertama di harian 
Suara Merdeka edisi Kamis, 27 Desember 2012

| More

0 Comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.