21 Desember 2010

Delapan Sajak Pendek

Share

Puisi Puisi Teguh Trianton

Ziarah

peradaban di tubuhmu
mengundangku hijrah
menyusuri sungai riwayat
yang telah lama padam

Purwokerto, Okt 2009


Fragmen gerimis

jika hujan kecil-kecil
itu adalah rindu,
buat apa kau keringkan
baju basah di tubuhku
sedang laut adalah hatiku
yang tak pernah tuntas
mengeringkan diri
dari guyuran matahari

Purwokerto, Januari 2010


Fragmen ladang jantung

kaki kiriku setengah jinjit
di atas bau tanah basah
memetik jantung buah pisang,
aku teringat saat
jantungku kau petik,
lalu kau pompa
debar ke tiap bilik jantungku
dengan sisa pulsa jantungmu

Purwokerto, Januari 2010


Fragmen dari hujan

selalu saja, hujan lebih dulu menuliskanya
pada basahnya;
tercatat keterlanjuran rinduku pada daun,
dahan, tanah, akar, lekuk sungai, dan laut
di tubuhmu
yang berliku

Purwokerto, Maret 2010


Episode embun

jika sehelai embun yang bersimpuh di ujung daun bambu
adalah kau,
akulah sungai yang telah lama padam
menunggu angin berhembus
meniup kau jatuh menjadi arus besar di dadaku

Purwokerto, Maret 2010


Percakapan diam

katamu,tak semua pertanyaan harus dijawab
dengan kalimat panjang-panjang
tatkala diam justru lebih menjelaskan
lalu buat apa kau bertanya lagi
tentang bibirku yang tengah termenung di ujung bibirmu

Purwokerto, 2008-2010


Musim kelima

tentang empat musim di mata telagamu,
sudah sejak dulu
aku mengimaninya
tapi pagi ini kau menawari aku
dengan musim kelima
yang membuat cuaca
batinku tanpa nama

Purbalingga, April 2010


Seperti sepertiga

sepertiga pagi,
sepertiga segelas kopi
sepertiga janji,
seperti sepertiga matahari.
sepertiga hari seperti kau
yang telah jadi sepertiga puisi.

Purwokerto Juli 2010


Terbit di Suara Karya Edisi Sabtu, 18 Desember 2010

| More

0 Comments:

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.